Topang Kualitas Belajar Siswa Melalui Paguyuban Orang Tua

Luar biasa, ini adalah Orang tua Orang tua hebat, saya terkesan melihat Orang tua siswa kelas X banyak yang hadir dalam pertemuan paguyuban kelas di SMA Negeri 9 Manado, hari ini, Jumat 19 Agustus 2016. Bayangkan Orang tua yang dengan segala kesibukan mencari nafkah dan mengurus keluarga bisa hadir dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah ini. Apalagi hari ini adalah hari kerja. Satu tanda kepedulian dari Orang tua akan masa depan anak mereka. Bukan berarti yang tidak datang tidak peduli pada anak mereka, yah mungkin saja kesibukan mereka tidak bisa ditinggalkan sama sekali, atau mungkin saja ada yang berpikir pertemuan seperti ini yah “gitu-gitu saja” alias masih ada yang lebih penting.

[dropcaps]P[/dropcaps] ertemuan seperti ini bukan hanya untuk kepentingan sekolah semata, atau untuk mengurangi “beban” sekolah, tidak. Tetapi memang sudah seharusnya Orang tua dan sekolah bekerjasama demi kemajuan anak didik. Dalam pendidikan, Orang tua merupakan sumber pendidikan yang utama sedangkan sekolah hanya merupakan tambahan saja, yah pendidikan di sekolah kebanyakan dalam bentuk pengolahan kecerdasan, pengembangan pengetahuan, pengasahan keterampilan dan pembentukan sikap, tetapi Orang tua berperan lebih banyak, selain Orang tua memiliki ikatan batin, Orang tua juga memiliki dampak psikologis yang signifikan terhadap anak. Karena itulah betapa pentingnya Orang tua bekerjasama dengan Sekolah. Agar bisa terjadi sinkronisasi dan sinergi dalam pencapaian cita-cita anak-anak.

Pendekatan ini dilakukan bukan atas pemikiran yang sempit tetapi sudah dipertimbangkan matang-matang oleh para peneliti di bidang pendidikan dan dengan melihat hasil nyata bahwa keterlibatan Orang tua memiliki mempengaruhi keberhasilan anak di sekolah.

Menurut observasi saya, beberapa orang berpendapat bahwa anak harus diajari mandiri dan Orang tua tidak perlu terlalu banyak “masuk campur” dalam urusan pendidikan. Beberapa juga menilai bahwa guru sudah cukup terlatih untuk mendidik anak mereka. Malah ada yang berpikir bahwa anak mereka sudah cukup dewasa dalam menjalani pendidikan di sekolah. Beberapa hal tadi ada benarnya, tetapi yang harus dipahami bahwa tidak semua anak memiliki kapasitas yang sama dan tidak semua anak memiliki psikologi yang sama. Kenyataannya banyak Orang tua yang malah tidak mengenal kehidupan anaknya di luar rumah. Yah anak jaman sekarang sudah pintar dalam konotasi yang baik tetapi tidak sedikit juga yang pintar dalam pengertian yang buruk.

14002524_10154206202568673_1535478813_oKeterlibatan Orang tua dalam pendidikan anak juga bukan berarti memperlakukan anak didik sebagai anak kecil, meragukan kemandirian mereka, mencampuri pendidian mereka di sekolah ataupun mengawasi gerak gerik mereka di sekolah. Keterlibatan Orang tua seharusnya lebih banyak bersifat mendukung, memberi dorangan, menyokong dan menopang, menjadi partner atau teman yang baik bagi anak anak mereka.

Paguyuban kelas merupakan perkumpulan Orang tua murid dalam suatu kelas yang bertujuan untuk membangun, menumbuhkan, dan meningkatkan partisipasi kepedulian dan tanggung jawab Orang tua dengan memberikan saran dan masukan dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa.

Kedatangan Orang tua di sekolah memberikan dampak psikologis yang baik bagi anak, anak akan merasa diperhatikan dan dipedulikan. Beberapa anak memang merasa riskan jika Orang tua mereka selalu datang ke sekolah memperlakukan mereka seperti “anak kecil”, itu jika sekolah tidak membangun wadah bagi Orang tua, tetapi dengan adanya wadah Paguyuban Kelas ini, pemikiran anak yang seperti diatas akan berkurang malah mereka akan lebih termotivasi untuk belajar.

Paguyuban kelas X ini berlangsung di kelas masing-masing dan dipimpin oleh para wali kelas. Menurut pantauan saya, persentasi kehadiran secara keseluruhan di 17 kelas adalah sekitar 80%. Angka ini sudah cukup besar dibandingkan dengan rapat-rapat biasa.

Ketika kegiatan baru saja dimulai, Saya bertanya kepada beberapa siswa. Pertama saya bertanya kepada siswa yang Orang tuanya sudah ada, dia menjawab dengan sumringah sambil menunjuk kearah Orang tuanya. Dikelas yang berbeda saya bertanya kepada anak yang Orang tuanya belum ada, ada yang menjawab masih dijalan dengan wajah penuh harap dan ada juga yang dengan wajah murung bilang bahwa Orang tuanya tidak bisa datang. Dari raut wajahnya tergambar kekecewaan. Memang secara psikologis anak didik umur SMA masih butuh perhatian Orang tua. Seberapa kerasnya mereka mengatakan mereka sudah dewasa, sudah mandiri, tetap saja mereka masih butuh Orang tua, mereka masih belum bisa diandalkan untuk bisa berjalan sendiri.

Orang tua yang hadir terlihat begitu antusias mengikuti kegiatan ini, ada sih yang terlihat dingin, diam-diam saja. yah begitulah karakter manusia beda-beda, tetapi bukan berarti yang diam mereka tidak peduli, kehadiran mereka sudah menjadi bukti bahwa mereka peduli. Lagipula, jika semua harus bicara, bisa ribet, bisa kewalahan hehe. Diantara mereka saya bertanya. Menurut salah satu Orang tua siswa kegiatan ini memiliki manfaat yang baik.

“Dengan kegiatan ini, kami merasa lebih dekat dengan guru, terutama dengan wali kelas, dan kami bisa lebih banyak bertukar pikiran untuk kemajuan belajar anak-anak kami,” katanya.

14087284_10154206210448673_1616012020_oKegiatan ini berlangsung sampai sore hari, kasihan juga sebenarnya jika pertemuan berlangsung terlalu lama seperti ini, selain Orang tua bisa kelaparan, pasti ada pekerjaan yang tertunda. Agenda memang harus jelas, Wali kelas sebagai fasilitator sebaiknya merancang acara sedemikian rupa agar lebih efektif dan efisien. Pertemuan harus dilakukan dengan manfaat yang sebesar-besarnya agar Orang tua tidak ada yang merasa “buang waktu”. Selain wali kelas tentunya Orang tua juga harus berperan aktif. Pasti akan ada Orang tua yang dominan di paguyuban tetapi yang dominan sebaiknya merangkul Orang tua yang “agak pemalu” atau yang “tak pandai bicara” karena sudah pasti semua bertujuan sama yaitu demi kemajuan anak mereka dalam mengenyam pendidikan di Sekolah.

Dalam kegiatan ini Orang tua masing-masing mendapat paket yang terdiri dari buku panduan, formulir, stiker dan poster tentang pendidikan keluarga. Paket itu diharapkan bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Orang tua.

Selesai kegiatan Paguyuban, para Orang tua berpose bersama wali kelas di ruang keluarga. Sayangnya tidak semua Orang tua bisa berfoto bersama, hal itu disebabkan oleh kurangnya informasi sehingga tidak semua tahu bahwa ada sesi foto bersama diakhir acara. Beberapa kelas malah berkesempatan berpose bersama Kepala SMAN 9 Manado dan Instruktur Nasional dari Direktorat Pendidikan Keluarga Kementrian Pendidikan dan kebudayaan RI. (RS)

Berikut foto-fotonya: