Tak dapat dimungkiri bahwa arus teknologi dan informasi punya peranan penting pada kehidupan masyarakat. Meski teknologi punya dampak besar pada sektor kehidupan, perkembangan teknologi dapat menjadi tantangan terhadap pribadi anak-anak.
Bicang perspektif bersama Trakindo merupakan acara yang digagas Trakindo untuk membangunkarakter anak bangsa. Acara ini digelar di gedung kemtrian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta, Rabu (11/7/2018)
BACA JUGA
Bicang Perspektif bersama Trakindo merupakan acara yang digagas Trakindo untuk membangunkarakter anak bangsa. Acara ini digelar di gedung kemtrian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta, Rabu (11/7/2018).
Dunia pendidikan tak menampik bahwa kemajuan teknologi memberikan manfaat yang signifikan. Bagi generasi muda, jika kemajuan ini tidak diselaraskan dengan pendidikan karakter, hal ini bisa berakibat buruk.
Untuk itu, Kemendikbud punya strategi membangun karakter anak bangsa melalui program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).
Tujuan dari Penguatan Pendidikan Karakter juga dilakukan untuk menciptakan generasi yang siap saing. Namun, juga dibekali dengan ahlak dan karakter yang mencerminkan budi pekerti pribadi bangsa kita.
Peran strategi pemerintah untuk menjalankan hal ini didukung oleh Pepres No.87/2017 dari Presiden Jokowi untuk pembentukan karakter bangsa.
“Penguatan pendidikan karakter merupakan pondasi dan roh utama dari pendidikan tingkat sekolah dasar di masa revolusi industri,” kata Dr. H. Khamim M.Pd, selaku Direktur Pembinaan Sekolah Dasar, Ditjen Dikdasmen, Kemendikbud, dalam acara Bincang Perspektif bersama Trakindo, Rabu (11/7/2018).
Program pendidikan karakter di sekolah Dengan menggunakan prinsip pemikiran Ki Hajar Dewantara, program PPK dicanangkan meliputi sejumlah hal, yakni pembekalan ilmu pengetahuan atau olah pikir, bersama olah hati, olah rasa, dan olahraga atau kesehatan fisik anak.
Dr. H. Khamim mencontohkan bagaimana program penguatan pendidikan karakter dilaksanakan di sekolah. Para siswa diajak untuk membaca sebelum pelajaran dimulai sebagai bentuk pendidikan literasi. Setelah itu, dikumpulkan untuk saling berdiskusi. Dalam diskusi siswa bisa berinteraksi dan dibina untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Mereka juga toleransi saat teman tidak sepandangan dengan pendapat kita.
Penggalangan dana, menjenguk teman yang sakit, serta menjaga lingkungan sekolah merupakan contoh sederhana dari program penguatan pendidikan karakter. Selain itu, guru juga berperan besar menjadi pendidik generasi bangsa.
“Satu contoh teladan yang baik lebih berarti dari seribu nasihat,” kata Dr. H. Khamim. Menurut dia, guru harus mencerminkan tindakan yang baik kepada para siswanya sebagai contoh teladan.
Sinergi semua pihak
Prof. Dr. H. Arief Rachman salah satu pembicara dalam acara Bincang Perspektif bersama Trakindo untuk membahas perna sinergi sekolah, orangtua dan masyarakat untu membangun pedidikan karakter anak bangsa,
Meski begitu, program ini tak bisa berjalan dengan hanya dukungan dari warga sekolah saja. Tetapi juga masyarakat dan orangtua punya peran penting dalam pendidikan karakter
“Sinergi antara keluarga, sekolah, dan masyarakat sangat penting untuk memperkuat pendidikan karakter bagi anak,” jelas Dr. H. Khamim.
Sejalan dengan pemikiran Dr. H. Khamim, Prof. Dr. H. Arief Rachman, M.Pd, selaku Ketua Harian Komisi Nasional untuk UNESCO, menjelaskan bahwa kerja sama semua pihak perlu dijalankan dengan baik, supaya pendidikan karakter bisa berjalan secara optimal kepada anak.
“Orangtua juga perlu kerja sama, dikumpulkan dan perlu dibina untuk mendorong pendidikan karakter anak,” kata Arief. Ia juga menekankan perlunya mencetak generasi bangsa yang bermoral perlu adanya motivasi, bekal ilmu karakter dari para orangtua.
Jadi, untuk membentuk generasi bangsa yang baik, perlu bagi banyak pihak menciptakan suasana yang kondusif dan saling mendukung. Hal itu perlu diperhatikan sebagai upaya agar tercipta generasi muda yang lebih baik sesuai dengan karakter bangsa Indonesia.