Resensi Novel Marmut Merah Jambu

OLEH: ELVINA MARIA CHRISTINA PANGESTU

JUARA 1 LOMBA MENULIS RESENSI BUKU – PROGRAM LITERASI SMA RUJUKAN SMA NEGERI 9 MANADO

Identitas Buku

  • Judul Buku    : Marmut Merah Jambu
  • Genre Buku  : Nonfiksi-Komedi
  • Pengarang    : Raditya Dika
  • Penerbit        : Bukune
  • Tahun Terbit: Jakarta, 1 Juni 2010
  • Tebal Buku   : 222 halaman
  • Warna Buku : Cream, dengan tulisan Marmut Merah Jambu yang diberi  warna merah muda dan foto pengarang buku berpose seperti marmut dilengkapi ornament-ornamen.

Kepengarangan

Raditya Dika adalah seorang comika (stand up Comedy) dan juga penulis yang terkenal dengan buku-bukunya yang bertemakan komedi. Buku-buku Radit sebelumnya yaitu Kambing Jantan, Cinta Brontosaurus, Radikus Makankaskus, dan Babi Nesot adalah buku-buku bestseller. Radit dalam novel Marmut Merah Jambunya ini hendak menyampaikan kisahnya dalam percintaan kepada anak-anak muda jaman sekarang apalagi anak-anak yang lebay. Buku ini secara garis besar adalah soal cinta dengan bagaimana memahami cinta melalui introspeksi kedalam pengalaman-pengalaman Radit sendiri maupun orang-orang terdekat Radit tentu dengan gaya khas komediannya yang lebih manis dan halus.

Sinopsis

Buku Marmut Merah Jambu adalah buku kelima dari Raditya Dika. Buku ini terdiri dari 13 bab dengan judul yang berbeda. Kisah-kisah tiap bab juga saling lepas namun sebagian besar menceritakan tentang kisah cinta yang bertepuk sebelah tangan dan hampir semua cerita dalam buku ini menceritakan tentang pengalaman cinta Radit maupun orang-orang terdekatnya. Pengalaman cinta yang beragam mulai dari cinta diam-diam, indahnya PDKT, ditolak mentah-mentah sampai saat ditaksir cewek aneh. Radit mengawali kisah pada buku ini dengan kisah cintanya bersama teman sekelasnya Aldi. Mereka menyukai cewek kelas lain. Aldi jatuh cinta diam-diam pada Widya sedangkan Radit jatuh cinta diam-diam pada Ina. Mereka tak mampu mengungkapkan perasaan mereka karena merasa diri culun. Ketika masuk SMA, Radit bersekolah di sekolah yang sama dengan Ina. Radit dan Ina akhirnya sering jalan bareng dan Ina mulai menceritakan tentang cowok yang ditaksirnya. Cinta Raditpun bertepuk sebelah tangan. Mereka akhirnya berpisah karena Radit akan kuliah di luar negeri. Tak hanya tentang cinta. Cerita dalam novel ini juga mengisahkan tentang kekompakan dan kasih sayang sebuah keluarga, perjuangan Radit dalam pembukuan dan perfilman buku Kambing Jantannya, dan juga kisah tentang kucing peliharaan Radit, Alfa yang diimajinasikan seperti manusia. Kisah pada novel ini diakhiri dengan adanya suatu momen perenungan yang amat dalam bagi para pembaca tentang “Unrequited Love” atau cinta yang tak terbalaskan. Sebuah perenungan tentang keberadaan orang yang tak bisa kita lupakan sepenuhnya, dengan mengutip suatu kutipan Charlie Brown dalam komik Peanuts yang berbunyi; “Nothing can takes the flavor out of peanut butter quite like unrequited love.”

Keunggulan

Cover buku yang sangat menarik dengan gambar Radit berpose seperti seekor marmut yang lucu sehingga menarik perhatian. Perpaduan warna dan animasi gambar yang unik juga turut menambah lebih banyak perhatian dan menambah kesan komedi sehingga menambah keinginan pembaca untuk membacanya. Kertas yang digunakan juga berkualitas baik sehinga selain ringan, kertas juga tidak mudah rusak. Buku juga dilengkapi dengan pembatas buku yang unik.

Tema yang digunakan secara keseluruhan adalah tentang cinta. Mulai dari cinta diam-diam, sampai cinta yang bertepuk sebelah tangan, yang menggambarkan bagaimana seseorang mencintai orang lain tetapi takut mengungkapkannya, karena hal tersebut pasti pernah dirasakan oleh hampir setiap orang. Pilihan tema dalam novel ini juga sangat menarik dan tepat sasaran sebab buku ini ditujukan kepada remaja yang umumnya duduk di bangku SMP dam SMA yang dalam masa dimabuk cinta. Pilihan tema pada bab 3 “Balada Sunatan Edgar”, lebih mengkhususkan pada peran orang tua serta kasih sayang dan kekompakan keluarga yang mengingatkan para remaja tentang betapa pentingnya keluarga itu dan mengingatkan untuk tetap peduli pada keluarga bukan hanya pada pacar. Tema pada bab “Buku Harian Alfa” juga mengisahkan tentang kucing yang juga ciptaan Tuhan yang perlu dihargai dan dicintai. Mengingatkan kita untuk peduli pada makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Kemampuan Radit untuk menceritakan kisahnya semakin sempurna sebab tokoh-tokoh yang digambarkan pada kisah ini sangat lucu dengan karakter yang unik dan beragam. Seperti karakter Aldi yang dongo karena tidak bisa langsung mengutarakan perasaannya pada Widya, karakter Bayu yang bodoh karenan menganggap bahwa kasus yang diselidiki oleh mereka sendiri (detektif tiga sekawan) benar-benar terjadi. Namun, karakter Radit dalam novel ini yang mau peduli, sederhana, optimis, dan cerdas, serta mau menerima diri apa adanya patut dicontoh oleh remaja masa kini. Setting tempat seperti disekolah, di rumah, setting waktu dan suasana dalam cerita ini ditambah keahlian Radit dalam gaya bahasanya yang ringan dan ‘slenge-an’ mampu mengajak emosi pembaca dan membuat pembaca seakan turut menyasikan peristiwa dalam cerita tersebut. Gaya bahasa yang digunakan adalah hal terbaik dalam novel ini. Sebab gaya bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari sehingga mudah dipahami sebab sebagian besar pembacanya adalah remaja. Ditambah dengan gaya comedian ala Raditya Dika membuat pembaca tak kunjung bosan dan malah ketagihan. Seperti pada saat Radit hendak berangkat untuk shooting film Kambing Jantan. Pada waktu itu ada luar bandara dan tiba-tiba ada nomor tidak dikenal menelfon dan ternyata orang suruhan ayahnya

‘Bang, aku ada titipan dari Bapak; katanya di telepon.

‘Udah mau boarding belom, Bang?’

‘Belom, ini lagi diluar, belom masuk. Kenapa? Tanya gue.

‘Ada titipan dari Bapak! Jangan masuk kedalem dulu, Bang! Tunggu!

Sepuluh menit menunggu akhirnya seseorang datang dan memberikan plastik hitam.

‘Apa ini?

‘Celana dalem baru, Bang,’ katanya orang itu, kalem.

Gubrak.

Celana dalem baru. Bokap gue mitip pesan ke gue agar selalu mengganti celana dalam supaya sehat selalu di Australia.

Peristiwa ini menggambarkan cinta dan perhatian ayah Radit yang dikemas dalam gaya bahasa yang ringan namun lucu dan mengharukan. Karena gaya bahasanya yang asik ini sukses membuat para pembaca memahami amanat yang ingin Radit sampaikan kepada para pembaca. Pesan yang ingin Radit sampaikan adalah jangan teperak dalam nasib dan kesalahan tapi bangkitlah dan belajar dari kesalahan kita, ubahlah kekurangan kita menjadi kelebihan kita dan jadilah orang yang lebih baik. Radit menceritakan betapa pentingnya kasih sayang dan kekompakan keluarga, jangalah menyerah, serta manusiakanlah makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Nilai-nilai sosial, budaya dan kemanusiaan juga tampak dalam novel ini. Seperti bagaimana Detektif Tiga Sekawan peduli dan bersedia membantu sesama, budaya keluarga Ina yang tidak merayakan hari ulang tahun, serta kucing peliharaan Radit yang memiliki perasaan dan cita-cita seperti manusia.

Kelemahan

Kelemahan satu-satunya pada novel ini terletak pada pemilihan katanya. Pilihan kata yang masih kurang tepat bahkan cenderung terlalu vulgar yang kurang cocok dikonsumsi remaja. Seperti pada bab “Balada Sunatan Edgar” yang menggunakan kata-kata yang terlalu dewasa dan kurang dapat dipahami remaja.

Kesimpulan

Kesimpulan saya, buku ini sangat bagus untuk dibaca para remaja jaman sekarang. Karena berdasarkan kisah sehari-hari, dalam gaya bahasa yang ringan dan lelucon yang lucu pesan yang amat penting bagi remaja sukses disampaikan. Meskipun ada kata-kata yang kurang pantas, namun tak sebanding dengan pentingnya pesan yang terkandung dalam cerita. Selain itu, kata yang digunakan bukan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dan tidak berdasarkan ejaan yang disempurnakan (EYD) namun karena adalah bahasa sehari-hari yang membuatnya asik dan mudah dipahami maka sulit mengatakan ini sebagai kelemahan atau keunggulan. Buku ini benar-benar bermanfaat, sebab mengajarkan remaja untuk melihat prioritas anatara cinta dan keluarga sebab remaja masa kini hanya mementingkan pacaran dan menomor duakan keluarga, remaja masa kini juga cenderung mudah menyerah dan bertindak semena-mena terhadap tumbuhan bahkan hewan. Tak hanya memberi pesan, tapi buku ini juga mengungkapkan apa yang remaja umumnya rasakan sebab tak jarang remaja sulit untuk jujur pada dirinya sendiri dan tak mampu mengekspresikan diri.

 

Silahkan anda komentari informasi diatas

komentar